Bumi Syam hingga
hari ini masih berada dalam situasi
mencekam. Nyawa yang melayang dan darah
yang tercecer kian hari kian bertambah. Jumlah syahid dan korban-korban yang
berjatuhan dari kalangan muslim semakin banyak.

Perjuangan
mereka menuju persatuan kaum muslimin di seluruh dunia dalam satu pelindung
yaitu institusi Daulah Khilafah Islamiyyah tentunya tak mendapat restu dari
sejumlah pihak yang tak menghendaki bangkitnya Islam. Seperti yang terjadi di
Arab Saudi, yang mengeluarkan pelarangan untuk ikut berjuang ke Suriah yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Ini menunjukkan kepada kita dua hal :
Pertama,
semakin menekankan pentingnya keberadaan satu institusi negara yang menjadi
perisai bagi umat islam. Karena sebagus apapun konsep Islam, sulit bahkan tak
akan nampak kebesarannya bila hanya sebatas konsep dan tidak diterapkan secara praktis
dalam kehidupan. Pun tanpa perisai ini, penerapan hanya akan berlaku parsial
dan terpecah-belah sehingga cahayanya mudah dipadamkan, sebagaimana perkataan
Ali Bin Abi Thalib, “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan
kebaikan yang tak terorganisir”. Maka, disini diperlukan satu institusi yang
mampu menjadi pelindung umat demi
tercapainya kemenangan umat yang hakiki, Khilafah Islamiyah.
Kedua, memahami
bahwa perjuangan para mujahidin di Suriah adalah perjuangan hakiki menuju
tegaknya Khilafah yang akan tidak hanya melindungi umat muslim di Suriah namun
juga di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membantu
saudara-saudara dengan sekuat tenaga , dengan tenaga ‘sisa’ dari aktivitas kita sehari-hari.. Hal ini sesuai
dengan isi hadits “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu
anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan
demam”. (HR. Muslim). Untuk kita
yang belum memiliki kemampuan mumpuni untuk menjadi garda depan di medan
perang, maka peran kita adalah menggiatkan terbangunnya kesadaran umum akan
penting dan urgentnya penegakkan
Khilafah untuk melanjutkan kehidupan Islam.
Ini
mengingatkan kita bahwa sebenarnya negeri-negeri Islam yang lain telah ada
bagian dari umat muslim yang telah terlatih untuk berlaga di medan jihad
–militer. Teriakan takbir serta jeritan meminta pertolongan, harusnya mampu menggedor
hati dan pikiran para militer muslim. Mereka mengingatkan para militer muslim
tersebut, bukan akan sumpah yang mereka rapal kepada negeri-negeri mereka, tapi
sumpah yang sudah mereka ucapkan, pahami dan hayati jauh sebelum itu –kepada
Allah. Kalimat tauhid yang terluncur dari mulut para militan ini menuntut bukti
kehambaan mereka kepada Allah, yang sudah seharusnya menjadi prioritas paling
tinggi dibanding kehambaan terhadap manusia lain yang jelas-jelas tidak
menerapkan hukum Allah. Sekaranglah kesempatan bahkan terhitung kewajiban para
militer yang memiliki kapasitas untuk memberikan pertolongan langsung kepada
kaum muslimin yang tertindas karena menganut akidah yang sama dengan yang kita
anut, sebagaimana tertulis dalam terjemah Al-Qur’an Surat Al-Anfaal ayat 72 : jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam
(urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.